Jumat, 31 Januari 2014

Nancy Alliot, Sang Guru Sejati

Masih ingatkah anda dengan kisah Thomas Alfa Edison, ilmuwan terkemuka dunia yang di-drop out dari sekolah pada tiga bulan pertama masa pembelajarannya di sekolah dasar?

Para orangtua tercinta, yang jadi pertanyaan menarik buat kita adalah bagaimana sang ibunda Thomas bisa mencetak anaknya menjadi seorang ilmuwan yang luar biasa dengan lebih dari 1000 temuan yang dipatenkan.

Sayangnya, tidak banyak tercatat dalam sejarah tentang riwayat ibu yang luar biasa ini dalam membimbing anaknya hingga dewasa. Akan tetapi, yang jelas Thomas berhasil tumbuh menjadi orang yang penuh percaya diri dan pekerja keras yang penuh cinta kasih. Dia bukanlah seorang psikolog apalagi pakar pendidikan. Nancy hanyalah seorang ibu rumah tangga biasa, seperti kebanyakan ibu-ibu pada zamannya, bahkan konon dia juga sseorang single parent.

Nancy adalah seorang ibu yang selalu memotivasi anaknya. Dia selalu mendorong Thomas untuk melakukan apa saja yang disukainya. Setiap kali Thomas mengalami kesulitan, ibunya selalu berkata "Thomas kamu anak hebat, Nak. kamu pasti bisa menemukan jawabannya! Mommy percaya itu, Nak!"

Setiap kali Thomas berhasil menemukan jawaban dari masalahnya, Nancy selalu dengan antusias menanggapi cerita anaknya. Dia selalu berapi-api menanyakan bagaimana sampai akhirnya Thomas berhasil menemukan jawabannya. Nancy juga selalu memeluk Thomas manakala dia berhasil melakukan sesuatu sambil mengucapkan, "Kamu memang anak kebanggaan mommy, Nak.'

Suatu ketika Thomas sedang mempelajari campuran-campuran kimia yang dibuatnya dan dia tidak tahu nama bahan-bahannya. Lalu, dia bertanya kepada mommy nya, dengan jujur Nancy berkata, "Thomas sayang, Mommy tahu siapa orang yang bisa menjelaskan semua ini kepada kamu." Diajaklah Thomas kecil bertemu seorang ahli kimia di kotanya.

Begitulah kejadian serupa terjadi berulang-ulang. Ibunya Thomas selalu jujur mengatakan keterbatasannya, tetapi dia selalu memberi jalan keluar bagi anaknya. Termasuk ketika pertanyaan Thomas tidak bisa dijawab oleh siapapun, Nancy sibuk mengantarkan Thomas mencari buku/referensi yang bisa menjelaskan seluruh keingintahuan anaknya.

Sayangnya, setelah berusaha selama berbulan-bulan, buku yang dicari tak juga ditemukan. Namun, Nancy tidak pernah patah semangat, melainkan justru membakar anaknya dengan kata-kata yang begitu menginspirasi, "Thomas anakku sayang, kita telah buktikan bahwa tak seorangpun bisa menjawab semua ini dan tak satu buku pun pernah ditulis orang tentang hal ini. Thomas sayang, kamu tahu apa artinya? Ya...itu artinya kamulah yang diminta Tuhan untuk menemukannya bagi orang lain. Ayo Nak! Kamu coba dan coba terus, Mommy yakin satu saat kamu pasti berhasil!" Thomas begitu terinspirasi oleh setiap ucapan ibunya. Cara-cara mendidik inilah yang telah membuat Thomas menjadi manusia luar biasa.

Coba bayangkan, suatu ketika Thomas berhasil menemukan lampu pijar, setelah dengan susah payah melakukan percobaan hingga 999 kali. Kabar ini terdengar oleh surat kabar setempat dan besoknya muncul di halaman depan denga judul, "Thomas Alfa Edison, akhirnya berhasil membuat lampu pijar yang tahan selama berhari-hari setelah dia mengalami 999 kali kegagalan menemukan logam yang cocok digunakan untuk lampu pijarnya".

Thomas kaget luar biasa membaca headline berita itu. Segera saja dia datangi kantor redaksinya dan melayangkan protes atas pemberitaannya yang tidak tepat. Bukan main kagetnya sang redaktur. Di mana letak kesalahan berita itu? Esok paginya, pada surat kabar yang sama keluarlah ralat yang berbunyi "Thomas Alfa Edison, akhirnya berhasil membuat lampu pijar yang tahan berhari-hari setelah dia berhasil menemukan 999 logam yang tidak cocok digunakan untuk lampu pijarnya."

Apakah anda dapat menangkap perbedaannya?




sumber: Ayah Edy Punya Cerita

Selasa, 28 Januari 2014

Hari ini, di sebuah Bus

Hari ini, di sebuah bus,
aku melihat seorang gadis cantik dengan rambut tergerai panjang.
Aku iri melihatnya,
Dia tampak begitu ceria, dan kuharap aku pun sama.
Tiba-tiba dia terhuyung huyung berjalan.
Dia mempunyai satu kaki saja, dan memakai tongkat kayu.
Namun ketika dia lewat, tersenyum.
Oh Tuhan, maafkan aku bila aku mengeluh.
Aku punya dua kaki.
Dunia ini milikku!

Aku berhenti untuk membeli bunga lili.
Anak laki-laki penjualnya begitu mempesona.
Aku berbicara padanya. 
Dia tampak begitu bahagia.
Seandainya aku terlambat, tidaklah apa-apa.
Ketika aku pergi, dia berkata, "Terima kasih. Engkau sudah begitu baik.
Menyenangkan berbicara dengan orang sepertimu.
Lihat, saya buta."
Oh Tuhan, maafkan aku bila aku mengeluh.
Aku punya dua mata.
Dunia milikku!

Lalu sementara berjalan, 
Aku melihat seorang anak dengan bola mata biru.
Dia berdiri dan melihat teman-temannya bermain.
Dia tidak tahu apa yang bisa dilakukannya.
Aku berhenti sejenak, lalu berkata,
"Mengapa engkau tidak bermain dengan yang lain?"
Dia memandang ke depan tanpa suara.
Lalu aku tahu dia tidak bisa mendengar.
Oh Tuhan, maafkan aku bila aku mengeluh.
Aku punya dua telinga.
Dunia milikku!




sumber : "1500 cerita bermakna" oleh Bruno Hagspiel


Gejala On and Off Pada Anak

Salah satu gejala yang sering kita jumpai pada anak adalah gejala on and off. Menurut penuturan ayah Edy yang dimaksud gejala on and off adalah kondisi dimana si anak cenderung aktif jika di rumah tetapi jika di sekolah berubah menjadi pasif. Atau sebaliknya, jika di rumah dia menjadi anak yang duduk manis dan pendiam, tetapi jika di sekolah dia menjadi anak yang aktif dan dinamis, itulah salah satu contoh gejala on and off.


Contoh lain, jika salah satu orangtua sedang pergi, si anak menjadi aktif dan kreatif. Namun, jika tiba-tiba salah satu dari orangtuanya pulang ke rumah, mereka segera berubah menjadi pasif dan tidak kreatif lagi. Ini juga termasuk gejala on and off.


Jadi, gejala on and off terjadi jika di satu lingkungan atau kondisi, anak kita aktif, tetapi di lingkungan atau kondisi lainnya tiba-tiba dia berubah menjadi pasif atau acuh-acuh. Sebagian orangtua secara awam sering menyebut anaknya "jago kandang".


Sesungguhnya perilaku anak yang sehat adalah on and on, artinya di mana pun dia berada selalu dalam kondisi sama, mirip handphone yang kita miliki Jika handphone yang kita gunakan tiba-tiba mati tanpa sebab padahal baterainya masih penuh, biasanya ada sesuatu yang tidak beres di dalamnya. Begitu pula dengan anak kita. Jika tiba-tiba saja perilakunya berubah tidak seperti biasanya, pasti ada yang tidak beres dengan orang-orang di sekitarnya dalam memperlakukan dirinya sehingga dia meresponsnya dengan meng-off-kan dirinya sendiri.


Misalnya ayahnya keras, tetapi ibunya lembut; ibunya perfeksionis sementara ayahnya cenderung fleksibel. Bisa juga keluarganya oke, tetapi guru-guru di sekolahnya sering memarahi, menghukum atau mengucapkan kata-kata yang merendahkan harga diri si anak.


Perilaku on and off ini sangat berpengaruh terhadap perkembangan anak, khususnya yang berhubungan dengan aspek kecerdasan dan perilaku. Anak yang sering mengalami gejala off, akan terganggu proses perkembangan potensi berpikir kretaif dan berpikir logisnya. Jika hal ini tidak segera di atasi, kelak anak yang dibesarkan dalam kondisi semacam ini akan menjadi generasi yang pasif, masa bodoh, dan tidak kritis terhadap permasalahan.


Itu sebabnya oleh software kecerdasan yang seharusnya berkembang saat dia sedang dalam kondisi on telah menjadi tumpul karena dia sering berada dalam kondisi off. Perilaku anak yang sering cenderung off ini kelak akan menyebabkan dia menjadi orang yang minder, tidak punya rasa percaya diri, temperamental, dan perilaku-perilaku buruk lainnya.


Gejala on and off inilah yang dideteksi menjadi sumber pokok munculnya perilaku bermasalah bagi anak-anak di rumah ataupun di sekolah.





sumber : Ayah Edy Punya Cerita




Senin, 27 Januari 2014

Si Ayah Edy

Tidak di sangka, hari ini mendapat rezki tak diduga. Buku yang diharap-harap, akhirnya jadi milik. Buku 'Ayah Edy Punya Cerita'.Sejujurnya, sewaktu ditawarin oleh wali murid, ada sedikit rasa malu plus seneng. Malunya, kenapa aku yang guru sama sekali belum kenal ayah Edy, dan dapat referensi dari seorang wali murid yang baik hati dan tidak sombong yang sudah keduluan mengenal ayah edy. Senengnya, ya sudah pasti selain karena gratisan plus bukunya yang kereen.

Lagian siapa siiiih ayah Edy? kenapa perlu tahu? mang penting gitu?!

Dibilang penting, yaa memang penting. Penting buat para orangtua dan para pendidik sebagai bahan belajar bagaimana cara mendidik anak dengan BENAR dan baik tentunya. Dan beliau adalah seorang praktisi pendidikan anak  yang aktif menjadi pembicara di berbagai seminar parenting, serta nara sumber tetap di majalah, radio dan televisi. Melalui gerakan Indonesia strong from home yang digagasnya, ia berbagi pengalaman dan mengajak para orangtua dan guru untuk merencanakan masa depan anak yang lebih tepat serta membangun Indonesia yang kuat berawal dari keluarga. Begitu profil di buku yang ku baca (",)

Menurutnya pendidikan harus di mulai dari rumah sendiri, dari hal-hal kecil dan dimulai saat ini juga. Tentunya di mulai dari orangtua, guru dan sisanya lingkungan.

Kembali kepada seorang pengamat pendidikan dari Amerika yang mengingatkan tentang terjadinya pergeseran budaya pada anak atau pada generasi muda. Hal ini tidak boleh dianggap enteng karena tanda-tanda ini bisa menjadi petunjuk awal kehancuran suatu bangsa. Terdapat sepuluh tanda gejala kemunduran dan kehancuran suatu bangsa yang disampaikan oleh Thomas Lickona.


  1. Meningkatnya perilaku kekerasan di kalangan remaja dan masyarakat.
  2. Penggunaan bahasa yang kasar, kotor, dan ejekan.
  3. Pengaruh teman dan lingkungan melebihi pengaruh keluarga.
  4. Meningkatnya penyalahgunaan obat terlarang dan perilaku seks bebas.
  5. Lenyapnya nilai moral dan kebenaran dalam kehidupan masyarakat.
  6. Menurunnya rasa kebangsaan dan cinta tanah air.
  7. Rendahnya rasa hormat anak kepada orangtua dan para guru.
  8. Meningkatnya tayangan-tayangan media massa yang merusak mental anak.
  9. Kecurangan (korupsi dan manipulasi) terjadi dimana-mana.
  10. Meningkatnya kecurigaan dan kebencian di antara sesama warga negara.

Thomas Lickona juga menyampaikan bahwa dari sistem pendidikanlah semua bermuara. 

Oleh karena itu beliau sangat menekankan pentingnya membenahi sistem dan cara mendidik anak-anak kita di rumah dan di sekolah.

Lalu model dan metode pengajaran seperti apa yang harus diterapkan oleh orangtua dan guru. Bagaimana cara mengatasi masalah pada anak. Dan topik segar lainnya, yang semuanya dipaparkan dengan apik dan unik sesuai dengan kondisi terkini.

Bagi para orangtua dan guru, buku ini boleh dijadikan bacaan wajib bukan hanya sebagai bacaan melainkan juga sebagai sumber ilmu yang up to date. 

:) 


Jumat, 17 Januari 2014

Totto-Chan "Masukkan kembali semua!"


Totto-Chan belum pernah bekerja sekeras itu sepanjang hidupnya. Hari itu ia benar-benar sial. Dompet kesayangannya masuk ke dalam kakus! Tidak ada uang di dalamnya, tapi Totto-Chan sangat suka dompet itu. Dibawanya dompet itu kemana-mana, termasuk ke kakus. Dompet itu memang cantik, terbuat dari kain tafetta kotak-kotak merah, kuning dan hijau. Bentuknya segi empat, tipis dan dihiasi bros berbentuk anjing scotch terrier pada penutupnya yang berbentuk segitiga.


Nah, Totto-Chan punya kebiasaan aneh. Sejak kecil, setiap kali ke kakus, ia selalu mengintip ke dalam lubang setelah selesai buang air. Akibatnya, bahkan sebelum masuk ke sekolah dasar, ia telah kehilangan beberapa topi, termasuk satu yang terbuat dari jerami dan satu yang terbuat dari renda putih. Kakus, di masa itu, belum punya sistem guyur-otomatis. Di bawahnya ada semacam penampung kotoran. Tak heran jika topi-topinya tampak terapung-apung di bak penampung kotoran. Mama selalu melarang Totto-Chan mengintip ke dalam lubang kakus setelah selesai memakainya.


Hari itu, ketika Totto-Chan pergi ke kakus sebelum sekolah mulai, ia melupakan larangna mama. Sebelum menyadari apa yang sedang dilakukannya, tahu-tahu ia sudah mengintip ke dalam lubang. Mungkin karena genggamannya yang mengendor, dompet kesayangan Totto-Chan terlepas dari tangannya dan tercebur ke dalam lubang. Air pun berkecipak. Totto-Chan menjerit ketika dompetnya lenyap ditelan kegelapan di bawahnya.


Totto-Chan bertekad takkan menangis atau merelakan dompetnya hilang. Ia pergi ke gudang peralatan tukang kebun lalu mengeluarkan gayung kayu bertangkai panjang yang biasa digunakan untuk menyiram tanaman. Panjang tangkai gayung itu hampir dua kali tinggi badannya, tapi itu sama sekali tidak menyurutkan tekad Totto-Chan. Ia berjalan ke belakang sekolah sambil menyeret gayung itu dan mencoba menemukan lubang itu untuk mengosongkan bak penampung kotoran. Ia menduga letaknya pasti di sisi luar dinding kakus. Setelah susah payah mencari, akhirnya ia melihat penutup lubang berbentuk bundar kira-kira satu meter dari situ. Dengan sudah payah, ia membuka penutup itu dan akhirnya menemukan lubang yang dicarinya. Totto-Chan menjulurkan kepalanya ke dalam.


"Wah, ini sama besarnya dengan kolam di Kuhonbutso!" serunya.


Kemudian Totto-Chan mulai bekerja. Ia mulai mencedok isi bak penampung kotoran itu. Mula-mula ia mengaduk-aduk tempat jatuhnya dompetnya. Tapi bak itu dalam, gelap, dan luas karena menampung buangan dari tiga kakus terpisah. Lagi pula Totto-Chan bisa jatuh ke dalam bak jika memasukkan kepalanya terlalu dalam. Akhirnya ia memutuskan untuk terus mencedoki kotoran dan berharap akan menemukan dompetnya. Begitulah, Totto-Chan mencedoki kotoran lalu menuangkannya ke tanah di sekitar lubang.


Tentu saja setiap kali mencedoki ia memeriksa kalau-kalau  dompetnya sudah terangkat bersama kotoran. Tapi ia tidak mengira akan perlu waktu lama untuk menemukan dompetnya dan sejauh ini belum ada tanda-tanda benda itu akan ditemukan. Di mana dompet itu? Bel berdering tanda kelas dimulai.


Apa yang harus kulakukan? pikir Totto-Chan. Tapi karena sudah terlanjur, ia pun memutuskan untuk melanjutkan. Gadis cilik itu meneruskan mencedok dengan semangat baru.


Tumpukan kotoran di tanah sudah cukup tinggi ketika kepala sekolah kebetulan lewat.


"Kau sedang apa?" tanyanya kepada Totto-Chan.
"Dompetku jatuh," jawab Totto-Chan, sambil terus mencedok. Ia tak ingin membuang waktu.


"Oh, begitu," kata kepala sekolah, lalu berjalan pergi, kedua tangannya bertaut di belakang punggung, seperti kebiasaannya ketika berjalan-jalan.


Waktu berlalu. Totto-Chan belum juga menemukan dompetnya. Gundukan berbau busuk itu semakin tinggi. Kepala sekolah datang lagi.


"Kau sudah menemukan dompetmu?" tanyanya.
"Belum," jawab Totto-Chan dari tengah-tengah gundukan. Keringatnya berleleran dan pipinya memerah. Kepala sekolah mendekat dan berkata ramah,
"kau akan mengembalikan semuanya kalau sudah selesai, kan?" Kemudian pria itu pergi lagi, seperti sebelumnya.


"Ya," jawab Totto-Chan riang, sambil terus bekerja. Tiba-tiba sebuah pikiran terlintas dibenaknya. Ia memandang tumpukan itu. Kalau aku sudah aku bisa memasukkan semua kotoran itu kembali ke dalam bak, tapi bagaimana airnya?


Air kotor terserap cepat ke dalam tanah. Ttto-Chan berhenti bekerja dan mencoba memikirkan cara memasukkan air kotor kembali ke dalam bak, karena ia telah berjanji kepada kepala sekolah akan memasukkan semua kembali. Akhirnya ia memutuskan untuk memasukkan tanah yang basah.


Sekarang gundukan itu benar-benar sudah menggunung dan bak penampung nyaris kosong, namun dompet Totto-Chan belum juga ditemukan. Mungkin tersangkut di pinggir bak atau tenggelam di dasar bak. Tapi Totto-Chan tidak peduli. Ia puas telah mengerahkan seluruh kemampuannya untuk mencari dompet itu. Kepuasan Totto-Chan jelas adalah hasil rasa percaya diri yang ditanamkan kepala sekolah dengan mempercayainya dan tidak memarahinya. Tapi, tentu saja hal itu terlalu rumit untuk bisa dimengerti Totto-Chan saat itu.


Kebanyakan orang dewasa, jika mendapati Totto-Chan dalam situasi seperti itu, akan bereaksi dengan berteriak, "Apa-apaan ini?" atau "Hentikan, itu berbahaya!" atau malah menawarkan bantuan.


Bayangkan, kepala sekolah hanya berkata, "Kau akan memasukkan semua kembali kalau kau sudah selesai, kan?"
Sungguh kepala sekolah yang hebat, pikir mama ketika mendengarkan cerita kejadian itu dari Totto-Chan. Sejak kejadian tersebut, Totto-Chan tidak pernah lagi mengintip ke dalam lubang setelah selesai menggunakan kakus. Ia juga makin sayang dan percaya pada kepala sekolah.


Totto-Chan memenuhi janjinya. Ia memasukkan semua kembali ke dalam bak penampungan. Mengeluarkan isi bak itu sungguh kerja yang keras, tapi memasukkannya kembali ternyata jauh lebih cepat. Tentu saja, Totto-Chan juga memasukkan tanah basah. Kemudian ia meratakan tanah, menutup kembali lubang itu dengan rapi, lalu mengembalikan gayung kayu yang dipinjamnya ke gudang tukang kebun.


Malam itu, sebelum tidur Totto-Chan teringat dompetnya yang indah dan jatuh ke dalam lubang gelap. Ia sedih karena kehilangan dompetnya, tapi kejadian hari itu membuatnya sangat letih hingga tak lama kemudian ia sudah lelap tidur.


Sementara itu, di tempat kejadian, tanah yang lembab memantulkan cahaya bulan yang indah.
Dan di suatu tempat, dompet Totto-Chan tergeletak dalam sunyi.




sumber : Totto-Chan Gadis Cilik di Jendela, Gramedia

Jumat, 10 Januari 2014

Fase-fase Perkembangan Kognitif menurut Piaget

Fase-fase Perkembangan Kognitif menurut Piaget

Perkembangan merupakan suatu proses yang bersifat kumulatif. Artinya perkembangan terdahulu akan menjadi dasar bagi perrkembangan selanjutnya. Dengan demikian apabila terjadi hambatan pada perkembangan terdahulu maka perkembangan selanjutnya akan mendapat hambatan. 

Piaget membagi perkembangan kognitif ke dalam empat fase yaitu fase sensorimotor, fase praperasional, fase operasi konkret dan fase operasi formal (Piaget, 1972: 49-91)

1. Fase Sensorimotor (usia 0-2 tahun)

Pada masa dua tahun kehidupannya anak berinteraksi dengan dunia di sekitarnya terutama melalui aktivitas sensori (melihat, meraba, merasa, mencium dan mendengar) dan persepsinya terhadap gerakan fisik dan aktivitas yang berkaitan dengan sensori tersebut. Koordinasi aktivitas ini disebut dengan istilah sensorimotor.

Fase sensorimotor dimulai dengan gerakan-gerakan reflek yang dimiliki anak sejak ia dilahirkan. Fase ini berakhir pada usia 2 tahun. Pada masa ini, anak mulai membangun pemahamannya tentang lingkungannya melalui kegiatan sensorimotor, seperti menggenggam, melihat, melempar dan secara perlahan ia mulai menyadari bahwa suatu benda tidak menyatu dengan lingkungannya atau dapat dipisahkan dari lingkungan di mana benda itu berada. Selanjutnya ia mulai belajar bahwa benda-benda itu memiliki sifat-sifat khusus. Keadaan ini mengandung arti bahwa anak telah mulai membangun pemahamannya terhadap aspek-aspek yang berkaitan dengan hubungan kausalitas, bentuk dan ukuran, sebagai hasil pemahamannya terhadap aktivitas sensorimotor yang dilakukannya.

Pada akhir usia 2 tahun anak sudah menguasai pola-pola sensorimotor yang bersifat kompleks seperti bagaimana cara mendapatkan benda yang diinginkannya (menarik, menggenggam, atau meminta), menggunakan sau benda dengan tujuan yang berbeda. Dengan benda yang ada ditangannya, ia melakukan apa yang diinginkannya. Kemampuan ini merupakan awal kemampuan untuk memikirkan suatu objek tanpa kehadiran objek tersebut secara empirik.

2. Fase Praoperasional (2- 7 tahun)

Pada fase praoperasional anak mulai menyadari bahwa pemahamannya tentang benda-benda di sekitarnya tidak hanya dapat dilakukan melalui kegiatan sensorimotor akan tetapi juga dapat dilakukan melalui kegiatan yang bersifat simbolik. Kegiatan simbolik ini dapat berbentuk melakukan percakapan melaui telepon mainan atau berpura-pura menjadi bapak atau ibu dan kegiatan simbolik lainnya. Fase ini memberikan andil yang besar bagi perkembangan kognitif anak. Pada fase praoperasional anak tidak berpikir secara operasional yaitu suatu proses berpikir yang dilakukan dengan jalan menginternalisasi suatu aktivitas yang memungkinkan anak mengaitkannya dengan kegiatan yang telah dilakukannya sebelumnya.

Fase ini merupakan masa permulaan bagi anak untuk membangun kemampuannya dalam menyusun pikirannya. Oleh sebab itu cara berpikir anak pada fase ini belum stabil dan tidak terorganisasi secara baik. Fase praoperasional dapat dibagi ke dalam tiga sub fase yaitu sub fase fungsi simbolik, sub fase berpikir secara egosentris dan intuitif.

Sub fase fungsi simbolik terjadi pada usia 2-4 tahun. Pada masa ini anak telah memiliki kemampuan uuntuk menggambarkan suatu objek yang secara fisik tidak hadir. Kemampuan ini membuat anak dapat menggunakan balok-balok kecil untuk membangun rumah, menyusun puzzle dan kegiatan lainnya. Pada masa ini anak sudah dapat menggambar manusia secara sederhana. 

Sub fase berpikir secara egosentris terjadi dalam usia 2-4 tahun. Berpikir secara egsentis ditandai oleh ketidakmampuan anak untuk memahami perspektif atau cara berpikir orang lain. Benar, atau tidak benar, bagi anak pada fase ini ditentukan oleh cara pandangnya sendiri yang disebut dengan istilah egosentris.

Sub fase berpikir secara intuitif terjadi pada usia 4-7 tahun. Masa ini disebut fase berpikir secara intuitif karena pada masa ini anak kelihatan mengerti dan mengetahui sesuatu, seperti menyusun balok menjadi rumah, akan tetapi pada hakekatnya ia tidak mengetahui alasan-alasan yang menyebabkan balok itu dapat disusun menjadi rumah. Dengan kata lain anak belum memiliki kemampuan untuk berpikir secara kritis tentang apa yang ada dibalik kejadian.

3. Fase operasi kongkrit (7-12 tahun)

Pada fase operasi kongkrit kemampuan anak untuk berpikir secara logis sudah berkembang, dengan syarat objek yang menjadi sumber berpikir logis tersebut hadir secara kongkrit. Kemampuan berpikir logis itu terwujud dalam kemampuan mengklasifikasikan objek sesuai dengan klasifikasiny, mengurutkan benda sesuai dengan tata urutnya, kemampuan untuk memahami cara pandang orang lain, dan kemampuan berpikir secara deduktif.

4. Fase Operasi Formal (12 tahun sampai usia dewasa)

Fase operasi formal ditandai oleh perpindahan dari cara berpikir kongkrit ke cara berpikir abstrak. Kemampuan berpikir abstrak dapat dilihat dari kemampuan mengemukakan hipotesis dan menentukan cara untuk membuktikan kebenaran hipotesis tersebut...


...Dari berbagai sumber

Prinsip-Prinsip Pengembangan Kurikulum Anak Usia Dini

Prinsip-prinsip pengembangan kurikulum Anak Usia Dini sebagai berikut :

1. Prinsip relevansi
Kurikulum anak TK harus relevan dengan kebutuhan dan perkembangan anak secara individual.

2. Prinsip adaptasi
Kurikulum anak TK harus memperhatikan dan mengadaptasi perubahan ilmu, teknologi dan seni yang berkembang di masyarakat
.
3. Prinsip kontuniutas
Kurikulum harus disusun secara berkelanjutan  antara satu tahap perkembangan ke tahap perkembangan
berikutnya.

4. Prinsip fleksibilitas
Kurikulum anak TK harus dapat dipahami, dipergunakan dan dikembangkansecara luwes sesuai dengan
keunikan, kebutuhan anak dan kondisi dimana pendidikan itu berlangsung

5. Prinsip kepraktisan dan akspebilitas
Kurikulum untuk anak TK harus dapat memberikan kemudahan bagi praktisi dan masyarakat dalam
melaksanakan pendidikan pada anak usia dini

6. Prinsip kelayakan
Kurikulum harus menunjukkan kelayakan dan keberpihakan pada anak. contoh : anak jangan dipaksa
belajar calistung sementara mereka belum siap

7. Prinsip akuntabilitas
Kurikulum yang dikembangkan harus dapat dipertanggungjawabkan pada masyarakat sebagai pengguna jasa
  
 

Kamis, 09 Januari 2014

Luar Batang, Pemukiman Tertua di Jakarta

Di belakang Gedung Museum Bahari, Jalan Pasar Ikan sebuah kawasan kota tua di Jakarta Utara, terletak Kampung Luar Batang. Kampung yang terletak di kelurahan Penjaringan ini merupakan pemukiman tertua di Jakarta. Diperkirakan, pemukiman ini mulai dibangun pada tahun 1630-an. Kampung ini boleh dikata sudah dikenal sejak ratusan tahun lalu. Di kampung ini, terletak sebuah masjid tua, yang banyak didatangi pengunjung bukan hanya dari Jakarta, tapi juga dari berbagai daerah di Indonesia. Dalam masjid Luar Batang ini terdapat makam Habib Husein bin Abubakar Alaydrus. Ia dimakamkan di masjid ini pada hari Kamis 27 Ramadhan 1169 Hijriah atau 24 Juni 1756. Ia dikabarkan meninggal dunia ketika masih bujangan.

Mendatangi masjid Luar Batang pada malam Jumat kita akan mendapati ribuan peziarah, baik pria maupun wanita yang datang dari berbagai tempat di Jawa dan Sumatera. Ini terlihat dari nomor polisi mobil-mobil yang diparkir di pintu gerbang depan Museum Bahari. Banyak di antara pengunjung yang berziarah hingga pagi.

Sepanjang malam para peziarah membaca Alquran di depan makam almarhum. Karenanya tidak heran bila shalat shubuh di hari Jumat jamaah meluber hingga pekarangan masjid. Menurut seorang kuncen di sini, para peziarah juga ada yang datang dari Malaysia, Singapura, dan Brunei Darussalam. Keberadaan makam ini memang menarik perhatian para wisatawan yang ingin menyaksikan tempat-tempat bersejarah di Jakarta. Jaringan dari televisi Yaman pernah mendatanginya.

Di abad ke-17 tidak lama setelah berdirinya VOC pemukiman ini merupakan tempat persinggahan sementara para awak (tukang perahu) pribumi yang ingin masuk Pelabuhan Batavia (Sunda Kelapa). Ketika itu, penguasa VOC menerapkan peraturan yang tidak mengizinkan perahu-perahu pribumi masuk ke alur pelabuhan di waktu yang sama.

Selain itu, seluruh perahu yang keluar masuk harus melalui pos pemerikasaan. Pos ini terletak di mulut alur pelabuhan dan di sini diletakkan batang (kayu) yang melintangi sungai guna menghadapi perahu-perahu keluar masuk pelabuhan sebelum diproses. Setiap perahu pribumi yang akan masuk diperiksa barang muatannya, dan senjata-senjata yang dibawa harus dititipkan di pos penjagaan. Sedangkan perahu-perahu pribumi yang tidak bisa masuk pelabuhan, di luar batang (pos pemeriksaan) harus menunggu pagi hari. Ada kalanya mereka menunggu beberapa hari sampai ada izin masuk pelabuhan.

Selama menunggu, sebagian awak perahu turun ke darat. Kemudian mereka membangun pondok-pondok sementara. Lambat laun tempat ini dinamakan Kampung Luar Batang-yakni pemukiman yang berada di luar pos pemeriksaan. Sekitar 1660-an VOC mendatangkan nelayan dari Jawa Timur dan ditempatkan di lokasi pemukiman Luar Batang. Pemimpin dari nelayan tersebut pada 1677dianugerahi pangkat kehormatan luitenant (letnan). Pemimpin itu bernama Bagus Karta.

Lokasi pemukiamam Luar Batang dulunya merupakan rawa-rawa. Lama kelamaan rawa-rawa itu tertimbun lumpur`dari kali Ciliwung, terutama setelah dibangunnya Kampung Muara Baru, yang kini juga merupakan kawasan kumuh di dekat`Luar Batang.

Sejak masa VOC, pihak penguasa sering mendatangkan tenaga kerja guna membangun pelabuhan dan kastil Batavia. Para pekerja di lokasi itu berdatngan dari berbagai daerah. Mereka juga ditempatkan di Kampung Luar Batang. Jadi, kekumuhan pemukiman tertua di Jakarta yang luasnya 16,5 hektar itu sudah berlangsung sejak awal masa VOC. Pasar yang ada kala itu dan kini dikenal dengan nama Pasar Ikan, baru dibangun pada tahun 1846. Lokasi pasar ikan ini dulunya merupakan laut.

Suatu malapetaka terjadi saat pembangunan dermaga di Pelabuhan Batavia (Sunda Kelapa). Kurang lebih 16 ribu pekerja meninggal dunia akibat`penyakit menular yang terjadi akibat tingkat kekumuhan areal pemukiman yang melewati ambang batas. Warga Belanda sendiri pada awal abad ke-19 itu telah meninggalkan kawasan Pasar Ikan karena dianggap merupakan daerah tidak sehat dan sering menimbulkan penyakit mematikan.

Ketika aktivitas utama pelabuhan Sunda Kelapa akibat pendangkalan dialihkan ke Tanjung Priok (!**^), lokasi sekitar pemukiman Luar Batang tetap padat. Hal ini dikarenakan aktivitas perahu dan pelabuhan Pasar Ikan (Sunda Kelapa) tetap berjalan. Saat ini, Kampung Luar Batang penduduknya sangat padat karena lokasinya berdekatan dengan berbagai pusat aktivitas.

Kondisinya semakin kumuh ketika urbanisasi besar-besaran terjadi pada 1950-1960, akibat terganggunya keamanan. Dalam periode itu terjadi beberapa pemberontakan seperti DI/TII dan Kahar Muzakar.

Sementara Habib Husein yang menjadi guru agama di masjid yang kala itu letaknya berdekatan dengan benteng VOC merupakan imigran dari Hadramaut. Ia adalah pendatang lebih awal, sebelum para pendatang keturunan Arab lainnya kemudian ditempatkan di Kampung Pekojan, Jakarta Barat. Jarak antara Pasar Ikan dan Pekojan sekitar 3 km.



sumber: republika

PAMALI

Ternyata masih banyak dari kita mengacu sama yang namanya Pamali.
Padahal kenal aja engga'..

Karena terlampau dipercaya, sungguh jadi bikin repot. Ga mau percaya, ga berani ambil resiko, apalagi ortu dulu yang ngomong.
Mau percaya, ko' ribet amat..padahal Amat aja ga ribet.

Selidik punya selidik ternyata si pamali ini, sudah ada pembahasannya dalam agama islam dan islam sendiri menyebutnya sebagai 'Thiyarah'.

"Ya allah, tiada kesialan selain dengan ketentuan-Mu dan tidak ada kebaikan selain kebaikan-Mu, dan tiada sesembahan yang berhak disembah selain-Mu."


(HR. Ahmad, 2/220, ibnu sunni, no 292, dan disahihkan al-Albani, dalam ash-Shahihah 3/54 no.1065)

Orang-orang jaman dulu dimana ketika itu masih menyembah berhala dan melakukan perbuatan buruk lainnya, juga meyakini bahwa thiyarah (anggapan sial atau keberuntungan) melalui sesuatu (hewan, benda, arah angin atau selainnya) dapat mendatangkan manfaat atau menghilangkan/menolak marabahaya.

Setelah islam datang, keyakinan ini dianggap sebagai perbuatan syirik (dosa besar) yang terlarang, kemudian dihilangkan dengan doa di atas.

(Tuhfatul ahwadzi, 5/197) untuk memurnikan kembali keyakinan bahwa segala sesuatu terjadi atas kehendak Allah. Serta membebaskan hati dari segala ketergantungan selain Allah.



Sumber Arza-mee' dan asy-syariah online

Program Teacher Training

Program penataan guru (Teacher Training Program) adalah salah satu program beasiswa pemerintah Jepang (Monbukagakusho) yang dirancang khusus bagi para guru untuk meningkatkan kualitas pengajaran sesuai dengan bidangnya. Mereka akan diberikan pelatihan dalam cara mengajar, pembuatan rencana belajar-mengajar yang lebih efektif dan menarik minat siswa dan hal-hal lain yang dapat meningkatkan kualitas dan kemampuan para guru.  Program ini adalah program non-gelar dan lamanya adalah 1 tahun 6 bulan (termasuk 6 bulan belajar bahasa Jepang) dari oktober 2014.

Untuk keterangan lebih lanjut, silahkan brows di website kedutaan Jepang di Jakarta
http://www.id.emb-japan.go.jp/sch.html


Protected by Copyscape Online Plagiarism Tool
Protected by Copyscape Online Plagiarism Toolion-contents>