Jumat, 17 Januari 2014

Totto-Chan "Masukkan kembali semua!"


Totto-Chan belum pernah bekerja sekeras itu sepanjang hidupnya. Hari itu ia benar-benar sial. Dompet kesayangannya masuk ke dalam kakus! Tidak ada uang di dalamnya, tapi Totto-Chan sangat suka dompet itu. Dibawanya dompet itu kemana-mana, termasuk ke kakus. Dompet itu memang cantik, terbuat dari kain tafetta kotak-kotak merah, kuning dan hijau. Bentuknya segi empat, tipis dan dihiasi bros berbentuk anjing scotch terrier pada penutupnya yang berbentuk segitiga.


Nah, Totto-Chan punya kebiasaan aneh. Sejak kecil, setiap kali ke kakus, ia selalu mengintip ke dalam lubang setelah selesai buang air. Akibatnya, bahkan sebelum masuk ke sekolah dasar, ia telah kehilangan beberapa topi, termasuk satu yang terbuat dari jerami dan satu yang terbuat dari renda putih. Kakus, di masa itu, belum punya sistem guyur-otomatis. Di bawahnya ada semacam penampung kotoran. Tak heran jika topi-topinya tampak terapung-apung di bak penampung kotoran. Mama selalu melarang Totto-Chan mengintip ke dalam lubang kakus setelah selesai memakainya.


Hari itu, ketika Totto-Chan pergi ke kakus sebelum sekolah mulai, ia melupakan larangna mama. Sebelum menyadari apa yang sedang dilakukannya, tahu-tahu ia sudah mengintip ke dalam lubang. Mungkin karena genggamannya yang mengendor, dompet kesayangan Totto-Chan terlepas dari tangannya dan tercebur ke dalam lubang. Air pun berkecipak. Totto-Chan menjerit ketika dompetnya lenyap ditelan kegelapan di bawahnya.


Totto-Chan bertekad takkan menangis atau merelakan dompetnya hilang. Ia pergi ke gudang peralatan tukang kebun lalu mengeluarkan gayung kayu bertangkai panjang yang biasa digunakan untuk menyiram tanaman. Panjang tangkai gayung itu hampir dua kali tinggi badannya, tapi itu sama sekali tidak menyurutkan tekad Totto-Chan. Ia berjalan ke belakang sekolah sambil menyeret gayung itu dan mencoba menemukan lubang itu untuk mengosongkan bak penampung kotoran. Ia menduga letaknya pasti di sisi luar dinding kakus. Setelah susah payah mencari, akhirnya ia melihat penutup lubang berbentuk bundar kira-kira satu meter dari situ. Dengan sudah payah, ia membuka penutup itu dan akhirnya menemukan lubang yang dicarinya. Totto-Chan menjulurkan kepalanya ke dalam.


"Wah, ini sama besarnya dengan kolam di Kuhonbutso!" serunya.


Kemudian Totto-Chan mulai bekerja. Ia mulai mencedok isi bak penampung kotoran itu. Mula-mula ia mengaduk-aduk tempat jatuhnya dompetnya. Tapi bak itu dalam, gelap, dan luas karena menampung buangan dari tiga kakus terpisah. Lagi pula Totto-Chan bisa jatuh ke dalam bak jika memasukkan kepalanya terlalu dalam. Akhirnya ia memutuskan untuk terus mencedoki kotoran dan berharap akan menemukan dompetnya. Begitulah, Totto-Chan mencedoki kotoran lalu menuangkannya ke tanah di sekitar lubang.


Tentu saja setiap kali mencedoki ia memeriksa kalau-kalau  dompetnya sudah terangkat bersama kotoran. Tapi ia tidak mengira akan perlu waktu lama untuk menemukan dompetnya dan sejauh ini belum ada tanda-tanda benda itu akan ditemukan. Di mana dompet itu? Bel berdering tanda kelas dimulai.


Apa yang harus kulakukan? pikir Totto-Chan. Tapi karena sudah terlanjur, ia pun memutuskan untuk melanjutkan. Gadis cilik itu meneruskan mencedok dengan semangat baru.


Tumpukan kotoran di tanah sudah cukup tinggi ketika kepala sekolah kebetulan lewat.


"Kau sedang apa?" tanyanya kepada Totto-Chan.
"Dompetku jatuh," jawab Totto-Chan, sambil terus mencedok. Ia tak ingin membuang waktu.


"Oh, begitu," kata kepala sekolah, lalu berjalan pergi, kedua tangannya bertaut di belakang punggung, seperti kebiasaannya ketika berjalan-jalan.


Waktu berlalu. Totto-Chan belum juga menemukan dompetnya. Gundukan berbau busuk itu semakin tinggi. Kepala sekolah datang lagi.


"Kau sudah menemukan dompetmu?" tanyanya.
"Belum," jawab Totto-Chan dari tengah-tengah gundukan. Keringatnya berleleran dan pipinya memerah. Kepala sekolah mendekat dan berkata ramah,
"kau akan mengembalikan semuanya kalau sudah selesai, kan?" Kemudian pria itu pergi lagi, seperti sebelumnya.


"Ya," jawab Totto-Chan riang, sambil terus bekerja. Tiba-tiba sebuah pikiran terlintas dibenaknya. Ia memandang tumpukan itu. Kalau aku sudah aku bisa memasukkan semua kotoran itu kembali ke dalam bak, tapi bagaimana airnya?


Air kotor terserap cepat ke dalam tanah. Ttto-Chan berhenti bekerja dan mencoba memikirkan cara memasukkan air kotor kembali ke dalam bak, karena ia telah berjanji kepada kepala sekolah akan memasukkan semua kembali. Akhirnya ia memutuskan untuk memasukkan tanah yang basah.


Sekarang gundukan itu benar-benar sudah menggunung dan bak penampung nyaris kosong, namun dompet Totto-Chan belum juga ditemukan. Mungkin tersangkut di pinggir bak atau tenggelam di dasar bak. Tapi Totto-Chan tidak peduli. Ia puas telah mengerahkan seluruh kemampuannya untuk mencari dompet itu. Kepuasan Totto-Chan jelas adalah hasil rasa percaya diri yang ditanamkan kepala sekolah dengan mempercayainya dan tidak memarahinya. Tapi, tentu saja hal itu terlalu rumit untuk bisa dimengerti Totto-Chan saat itu.


Kebanyakan orang dewasa, jika mendapati Totto-Chan dalam situasi seperti itu, akan bereaksi dengan berteriak, "Apa-apaan ini?" atau "Hentikan, itu berbahaya!" atau malah menawarkan bantuan.


Bayangkan, kepala sekolah hanya berkata, "Kau akan memasukkan semua kembali kalau kau sudah selesai, kan?"
Sungguh kepala sekolah yang hebat, pikir mama ketika mendengarkan cerita kejadian itu dari Totto-Chan. Sejak kejadian tersebut, Totto-Chan tidak pernah lagi mengintip ke dalam lubang setelah selesai menggunakan kakus. Ia juga makin sayang dan percaya pada kepala sekolah.


Totto-Chan memenuhi janjinya. Ia memasukkan semua kembali ke dalam bak penampungan. Mengeluarkan isi bak itu sungguh kerja yang keras, tapi memasukkannya kembali ternyata jauh lebih cepat. Tentu saja, Totto-Chan juga memasukkan tanah basah. Kemudian ia meratakan tanah, menutup kembali lubang itu dengan rapi, lalu mengembalikan gayung kayu yang dipinjamnya ke gudang tukang kebun.


Malam itu, sebelum tidur Totto-Chan teringat dompetnya yang indah dan jatuh ke dalam lubang gelap. Ia sedih karena kehilangan dompetnya, tapi kejadian hari itu membuatnya sangat letih hingga tak lama kemudian ia sudah lelap tidur.


Sementara itu, di tempat kejadian, tanah yang lembab memantulkan cahaya bulan yang indah.
Dan di suatu tempat, dompet Totto-Chan tergeletak dalam sunyi.




sumber : Totto-Chan Gadis Cilik di Jendela, Gramedia

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Drop the text here and
Do not copy without permission by Arza-mee'

Protected by Copyscape Online Plagiarism Tool
Protected by Copyscape Online Plagiarism Toolion-contents>